#SurabayaPunyaCerita: STORY 1
Geng Tipu-Tipu Delta Plaza Surabaya
Antara polos dan pekok

#PART1
Story line:
Kuingin marah melampiaskan tapi kuhanyalah sendiri di sini
Ingin kutunjukkan pada siapa saja yang ada bahwa hatiku kecewa 
(BCL-Kecewa)

            Sayang sekali thread kece ini mau tidak mau harus saya awali dengan cerita yang memuakkan hati dan pikiran. Yang membuat saya senantiasa memaki-maki di dalam nurani. Skip!
 Okay. Ini adalah cerita pertama saya ketika jalan-jalan sendirian di kota pahlawan. Yaps!!! Here I am, Surabaya! Nggak sendirian juga sih tbh, tapi….. berdua! Tenang, bukan sama pacar kok! oke gaada yang nanya wkwk Cus lanjut aja ke benang merah! Jadi, kemarin, tanggal 24 Juli 2017, saya dan teman saya yang bernama Nuna sebut saja begitu karena Mawar sudah sangan mainstream lol berangkat ke Surabaya dari Kabupaten *********** naik kereta api dengan tiket seharga Rp30.000,00 PP. Murah kan? Iya lah!
            Kali ini saya nggak berniat membahas apapun tentang perjalanan kami menuju Surabaya karena…., believe me guys! That was so boring! Lol. Okay, skip! Jadi, pada intinya, story 1 kali ini akan berpusat pada pengalaman saya dan juga Nuna ketika kami  sampai di kotanya arek-arek Suroboyo, tepatnya saat kami berada di Delta Plaza Surabaya.
            Ingatkah kalian pada peribahasa “Bagaikan rusa masuk kampung”?  Begitulah perangai kami ketika memasuki pintu Delta Plaza Surabaya. Orang kampung masuk mall, see?
Okay! Tbh, ini bukanlah pertama kalinya saya―begitu juga Nuna―jalan-jalan ke mall. Udah sering sih main ke mall, tapi bukan ke mallnya Surabaya. Paling-paling cuman di mallnya Kediri aja, itupun kalau saya selalu sama orang tua tercinta. Kalau di mall-mall kota besar, biasaya saya ke mall bareng keluarga besar. Ya, satu rombongan penuh!
            Kemarin, saya―ditemani Nuna―pergi ke Surabaya untuk mengurus suatu urusan prakuliah yang tidak perlu saya jelaskan di sini. Singkat cerita, sekitar pukul dua siang, saya hampir selesai dengan semua urusan saya. Tinggal satu urusan lagi yang belum saya selesaikan karena memang pada saat itu saya kira sudah terlalu siang untuk menyelesaikan urusan tersebut dan saya pun tidak tau kalau jam kerja di tempat yang akan saya kunjungi itu berakhir pada jam empat sore, bukan jam dua siang. Kepentingan tersebut sifatnya juga nggak begitu mendesak sih. Jadi saya putuskan untuk menunda kunjungan saya di lain waktu saja. Lalu, Nuna mengajak saya untuk jalan-jalan di mall dan saya pun langsung menyetujuinya. Awalnya sih mau ke Grand City, tapi uang kami kan pas-pasan nggak jadi! Sempat juga berencana ke Tunjungan Plaza, tapi kan akomodasinya mahal nggak jadi! Akhirnya, kami memutuskan untuk mengunjungi Delta Plaza Surabaya yang rata-rata harga barangnya nggak bikin dompet kami jadi sesak napas dan jaraknya dari Stasiun Gubeng pun nggak terlalu jauh. Itung-itung bisa ngehemat biaya akomodasi.
            Tujuan awal kami ke mall pun sekadar untuk membunuh waktu saja. I mean, siapa yang mau nunggu jadwal keberangkatan kereta di emperan stasiun selama berjam-jam? Me? Nope! Dan tujuan sederhana itu berkembang menjadi, “Aku pengen liat-liat baju sama sepatu buat kuliah.” Okay, note the bold word please! Lol. Yaaaaa, cuman liat-liat doang. Ntar belinya pas libur ospek atau gimana lah tergantung sisa-sisa tabungan sikon.
            Taraaaa! Tak lama kemudia kami pun sampai di Delta Plaza Surabaya. Cus, rencana kami berubah lagi. Yok wisata kuliner aja. Pengen makan sushi lah, pengen makan nasi kari lah, pengen makan inilah, itulah. Skip! Akhirnya kami langsung memutuskan untuk naik eskalator ke lantai dua dulu, makan urusan belakangan. Daaaaaaaaaaan, di sanalah semua hal menyebalkan itu terjadi. Saat kami baru saja menginjakkan kaki di lantai dua, kami langsung dihadang oleh mas-mas sales sok ganteng yang menyodorkan brosur berwarna ijo dan hadiah berbentuk persegi panjang kecil yang dibungkus dengan kertas kado usang. Entah apa yang ada di dalamnya.
Sales 1        : “Mbak, kami dari toko ****** **** membagi-bagikan hadiah untuk pralaunching toko kami. Silakan.” (sambil menyodorkan hadiah sebesar genggaman tangan)
Nuna               : “Beneran nih mas?” (menerima hadiah tersebut)
Saya                : (senyum-senyum gaje) pengen dapet hadiah juga, itung-itung buat oleh-oleh 
Sales 1       : “Mari Mbak ke toko kami sebentar, siapa tau mbak beruntung dan mendapatkan hadiah tambahan.” (nyodor-nyodorin brosur)
 Kami              : (agak enggan)
Sales 1            :  “Tenang Mbak, kita cuman mau bagi-bagi hadiah doang kok. Gratisss tisss tissss tis! Soalnya bulan depan kami mau bukak toko di sini.” (menggiring kami untuk mengikutinya)
            Sorry saya nggak begitu inget dengan apa yang dikatakan sales 1 selanjutnya. Percakapan yang saya tulis di atas juga tidak sama persis seperti yang saya alami kemarin. Tapi intinya ya memang seperti yang saya tuliskan di ata sih. Tbh, sampai di sini saja saya sudah mulai curiga sama mas-mas sales ini. Tapi entah kenapa saya dan Nuna nge-iya-in aja ajakan sales tersebut. Singkat cerita sampailah kami di tempat sempit yang mereka sebut sebagai “calon toko” mereka yang bakalan debut buka bulan depan. Kami disambut mereka dengan cengiran lebar dan kami masih belum nyadar! tepok jidat
Sales 1             : “Selanjutnya biar ditangani oleh Mas Sales 2 ya mbak….” (nyengir dan ngeloyor pergi entah ke mana, kami tidak peduli)
            Setelah itu saya dan Nuna dipersilakan untuk masuk ke dalam toko. Ukuran tokonya sangatlah sempit untuk ukuran sebuah toko elektronik. Iya, toko mereka adalah toko elektronik! Bahkan ukuran tokonya kurang lebih seperti ukuran kamar saya, 3x3 meter. Temboknya lumayan lusuh sih, mungkin emang belum dicat ulang pikir saya saat itu. Seingat saya nggak ada plang tokonya. Cuman ada tulisan toko ****** ***** di tembok belakang yang tersusun dari semacam balon atau mungkin gabus alphabet. Ada tiga buah meja seadanya lengkap dengan beberapa kursi untuk memuluskan aksi mereka. Di dalam toko juga terdapat tumpukan alat-alat elektronik yang diklaim sebagai hadiah gratis dari mereka dan juga pihak sponsor. Ada lima orang lebih yang bekerja sebagai sales di toko tersebut. Ada yang pria dan ada juga yang wanita. Skip!
 Kami dipersilakan duduk, lalu diajak bersalaman oleh sales 2 yang ditemani oleh sales 3. Keduanya laki-laki. Hanya sales 2 yang duduk di kursi. Sales 3 hanya berdiri di samping meja dan sesekali mondar-mandir ke sana ke mari.
Sales 2             : “Hallo selamat siang mbak. Boleh saya tau dengan mbak siapa ini?”
Nuna               : “Nuna”
Saya                : “Chan” sebut saja begitu
Sales 2             : “Mbaknya dari kota Surabaya atau?”
Kami                : “**********” (Sorry nama kotanya saya sensor) kebodohan pertama
Sales 3             : “*********** itu Jawa Tengah kan ya?” (cengar-cengir)
Kami                : “Jawa Timur lo masssss hzzzzzzzz.”
Sales 2            : “Iya Jawa Timur lo itu, deket sama daerah asal saya juga lho Mbak. Saya dari Madiun.” What!?
Saya                : “Itu lo mas, deketnya Kediri. Kediri. Tau Kediri ndak?” (geregetan sama sales 3)
Sales 2             : “Oiya, Kediri…” (masih aja nyebutin beberapa kota di sekitar daerah tempat kami tinggal selain Kota Kediri)
Sales 3             : “Saya nggak tau daerah sini sih mbak. Soalnya saya dari Bali.”
Kami                : “O, eheheheeeeeee.” bodo amat, gue nggak peduli
            Sales 2             : “Mbaknya di Surabaya dalam rangka jalan-jalan atau…..?”
            Kami                : “Kuliah. Eh, masih mau kuliah deng. Maba.” kebodohan terbesar kami yang hqq

            Percakapan unfaedah ini terus berlanjut dan berkembang ke topik-topik lain yang lebih spesifik. Mungkin dengan cara ini kami dicecar secara psikologis agar mereka mengetahui batas finansial kami. Setelah itu, mereka mulai berbicara mengenai brosur ijo yang saya bahas di awal. Bagian atas brosur tersebut berisi sebuah kotak yang diselotip dan kami diwajibkan untuk membuka selotip itu dan mencocokkannya dengan barisan angka yang terletak di bawahnya. Kalau ada yang cocok, kami bisa membawa pulang beberapa hadiah hiburan secara gratisssssssssssssssssssssssssssssss tis tis tis! 

BIAR NGGAK TERLALU PANJANG, SAYA LANJUTIN KE PART 2 YA GUYS!
I'LL UPDATE IT ASAP!
THANK YOU FOR READING!
PLEASE LEAVE UR COMMENTS BELLOW!^^

Komentar

  1. Loh, bikin penasaran namun postingan ini sudah lama banget dan malah tak dilanjutin. Napa?
    Yah, jurus tipu-tipu itu pada dasarnya nyebelin, namun percayalah para penipu yang merasa beruntung itu kelak akan buntung, he he.
    Maaf, aku baru bisa komen setelah buka postingan tentang Twiries, ada nama Salma yang minta datang ke postingan tentang Twiries juga, cuma ternyata postingannya sudah tak ada lagi. Entahlah. Jadi aku main ke sini saja, ya. :)
    Lain kali hati-hati, dan makasih sudah berbagi pengalamannya.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer